Thursday, March 16, 2017

Ke Wae Rebo tanpa Tour? Bisa banget!

Banyak orang bilang perjalanan akan lebih seru kalau nggak direncanakan. Yup! Sesuai banget sama perjalanan saya kali ini di Indonesia Timur. Rencana awalnya saya dan partner hanya ingin ikut Sailing Komodo bareng tour yang saya beli dari social media (Instagram: @indahnesiaid). Memang dari awal kita hanya beli tiket CGK-LBJ dan DPS-CGK karena berencana akan menghabiskan waktu di Bali dulu sebelum balik ke Ibukota, jadi dari awal belum tau akan berapa lama menghabiskan waktu di Flores. Oh ya, untuk postingan kali ini khusus untuk perjalanan ke Wae Rebo ya! Postingan mengenai Sailing Komodo akan segera menyusulll 🙃

Setelah ikut tour dan kembali ke penginapan di Labuan Bajo, pagi-pagi habis buka mata, saya dan partner kepikiran untuk main ke Wae Rebo. Sebelum berangkat ke Flores, sebetulnya saya sudah pernah browsing gimana cara ke Wae Rebo tanpa tour, tapi bener-bener nggak kepikiran akan kesana karena semua orang bilang bahwa medannya berat dan bahaya. Dengan modal nekat, saya dan partner keliling di sekitar penginapan untuk cari sewa motor untuk ke Wae Rebo. Masyarakat lokal disana merekomendasikan untuk sewa mobil aja, karena itu tadi, medannya berat dan rata-rata penyewaan motor disana nggak mau ambil resiko kalau kendaraan mereka rusak karena kita pakai ke Wae Rebo. Sedih sih dan hampir nyerah, mana Labuan Bajo panas banget dan saya udah pusing keliling-keliling cari penyewaan motor nggak ada yang oke. Sekitar jam 3 sore WIT, kami cari penyegaran dulu dengan pergi ke Cunca Wulang. Sialnya, hari itu kurang bersahabat dan singkat cerita kami kembali lagi ke Labuan Bajo jam 10 malam. Too late to find a transportation for tomorrow's riding! 

Jujur saya udah capek banget karena perjalanan turun naik ke Cunca Wulang cukup menyita energi, apalagi dari pagi kami sudah keliling cari transportasi dan nggak ada yang rela menyewakan motornya untuk pergi ke Wae Rebo. Sekitar pukul 12 malam, saya dan partner akhirnya (akhirnya!!) menemukan penyewaan motor yang punya motor trail! Setelah test drive, kami memutuskan untuk sewa motor trail karena itu yang paling aman untuk menempuh medan ke Labuan Bajo. Tanpa basa-basi, kami kembali ke penginapan dan menyiapkan barang yang akan dibawa ke Wae Rebo. Sebagian barang kami titip di penginapan, karena terlalu banyak kalau harus bawa semua kesana, apalagi nantinya kami akan hiking sekitar 3 sampai 4 jam untuk sampai desa Wae Rebo. 

Pukul 05:30 WIT, saya dan partner berangkat menuju Denge, desa terakhir sebelum Wae Rebo. Oh ya, di Labuan Bajo (yang saya tau) hanya ada 1 pom bensin yang selalu habis karena masyarakat lokal beli dengan drum dan dijual di botolan dengan harga 2x lipat (1 liter Rp13.000-Rp15.000). Lucunya, mereka jual persis di depan pom bensin. Jadi berjejer di depan pom bensin menjajakan bensin literan. Bahkan waktu kami mau isi bensin di pom, orang yang jaga bilang "beli diluar aja, mbak. Disini habis." 😅 jadi saran saya, kalau mau sewa motor, harus siapkan kocek lumayan untuk isi bensin karena harganya 2x lipat harga di pom bensin. Hihi.

Motor yang kami sewa untuk ke Wae Rebo

Perjalanan ke Denge ditempuh selama 7 jam, dengan total waktu istirahat sekitar 45 menit. Yup, kami sampai di Denge sekitar pukul 13:00 WIT. Medan dari Labuan Bajo ke Wae Rebo bisa dibilang lebih dari kata "lumayan". Terjal banget, bok! Jalannya naik turun, kadang aspal, kadang bebatuan, kadang tanah-tanah.Tapi pemandangannya indah banget. Pecayalah, seindah itu. Kalau kalian mau mengabadikan pemandangan dengan go pro dan sejenisnya, saran saya lebih baik naik motor, karena kalau mobil pasti nggak akan bisa melihat dengan detail. Saran lagi dari saya, sebaiknya isi full powerbank kalian, karena sepanjang perjalanan pasti akan bergantung pada GPS. Nggak punya powerbank dan mau mengandalkan mulut untuk tanya jalan ke masyarakat lokal? Tentu saja bisa, tapi nggak sepanjang perjalanan kalian akan ketemu masyarakat lokal, karena jalanan cenderung sepi. Jalur yang ditempuh dari Labuan Bajo ke Wae Rebo hanya satu jalur, jadi biarpun sepi, kalian nggak akan selamanya tidak berjumpa orang lain sepanjang perjalanan.

Dari SDK Denge masih harus naik lagi ke atas


Soal keramahan, nggak perlu ditanya lagi karena masyarakat Timurlah juaranya. Ketika sampai Denge, anak-anak kecil semua dengan senangnya menyapa kami sambil tesenyum dan melambaikan tangan, mengucapkan "Halo" selamat datang. Rasa capek sepanjang perjalanan rasanya lumer seketika saat disambut hangat seperti itu. Kejutan lagi untuk kami, saat sampai disana, mereka yang tinggal di Denge semua akan naik ke Wae Rebo untuk merayakan Penti, ritual tahun baru bagi mereka. Wah! Saya semangat banget untuk naik ke atas untuk sama-sama merayakan pesta tahun baru di desa, bulan November lagi! 😛

Seperti perkiraan kami, hiking ke desa Wae Rebo memakan waktu 3 jam dengan total istirahat sekitar 20 menit. Banyak orang di Labuan Bajo bilang, untuk naik ke atas kami harus menggunakan porter, namun lagi, dengan ilmu kesotoyan saya dan partner, kami tidak menyewa porter dan sampai di desa Wae Rebo dengan selamat. Haha! Agak deg-degan juga sih sebetulnya karena kanan kiri cuma pohon dan jalan setapak, saya sampai berulang kali merasa udah ngelewatin jalan itu.

Warna kulit udah sama kayak pohon

Sesampainya di gate desa Wae Rebo, saya senyum-senyum sendiri. Gila, mana nyangka bakalan ke Wae Rebo tahun 2016, beneran diluar ekspektasi. Apalagi kalau ingat perjuangan naik motor dan hikingnya! Woahhhh. Anyway, di gate itu ada tempat kecil semacam gazebo kayu sederhana. Saya dan partner, hmm pengunjung sih lebih tepatnya, harus membunyikan pentungan dulu, tanda orang baru akan masuk ke desa. Setelah membunyikan pentungan, saya dan partner turun ke desa dan menjalani ritual penerimaan tamu atau disebut Pa'u Wae Lu'u. Ritual ini harus dilakukan di rumah utama, dipimpin oleh salah satu ketua adat Wae Rebo untuk meminta ijin kepada roh leluhur agar menjaga tamu selama tinggal di desa sampai nanti meninggalkan desa dan kembali ke tempat asal. Untuk upacara Pa'u Wae Lu'u tidak terlalu lama, mungkin hanya sekitar 5-10 menit. Setelah selesai, pengunjung diharapkan memberi uang sukarela kepada ketua adat.

Untuk kedua kalinya dalam tulisan ini saya bilang: percayalah. Iya, percayalah kalau Wae Rebo seindah itu. Bagus. Banget. Karena letaknya di atas gunung, udaranya dingin sekali. Banyak awan-awan juga di sekelilingnya. Oh ya, waktu saya kesana, biaya perorang dipatok Rp400.000 untuk 2 hari 1 malam. Itu karena ada perayaan spesial tahunan, yaitu Penti. Waktu saya blog walking, saya lihat harga permalam sekitar Rp300.000 - Rp350.000 untuk 2 hari 1 malam. Harga tersebut sudah termasuk makan (daging terus, bok!), tempat tidur & selimut hangat, juga air mineral, teh dan kopi sepuasnya.

1 rumah ketua adat yang paling besar di bagian tengah.
2 adalah rumah tamu, dan sisanya rumah penduduk yang diisi 6 kepala keluarga dalam 1 rumah.

Banyak hal yang bisa dilakukan di Wae Rebo.
Mau main bola sama anak-anak kecil disana? Bisa.
Mau makan sampai enek atau ngeteh sampe kembung? Bisa.
Mau cari gebetan baru atau curi-curi pandang sama pengunjung lain? Bisa.
Mau guling-guling di lapangan luas? Bisa.
Mau beli kain-kain khas Flores atau kopi? Bisa.
Mau tiduran aja dan ngobrol ngalur ngidul? Bisa juga.
Yang jelas nggak bisa dilakukan di Wae Rebo adalah: update social media! Hiyaaah. Serius, nggak bakal ada signal. Saya aja yang pakai provider sekelas T**k**s**, bener-bener mati total. Tapi justru itu sensasinya, liburan jadi nggak keganggu social media. Saya dan partner memilih untuk jalan-jalan ke setiap rumah dan kenalan sama penduduk setempat, juga pengunjung lainnya. Ngabisin battery kamera, kejar-kejaran cari puppy yang ngumpet (iya, banyak puppyyyy!), dan banyak hal lainnya. Seru banget! Kebetulannya lagi, karena itu malam tahun baru Penti, suasana disana ramai terus. Suara alunan musik berdengung terus sampai pagi. Buat saya pribadi, pengalaman di Wae Rebo berkesan banget sih, karena biar udaranya dingiiin banget, penduduk dan pengunjung disana semuanya hangat 😊

Ah, jadi mau ke Wae Rebo lagi.

*TIPS dari saya kalau mau jalan sendiri ke Wae Rebo:
1. Pilih sepeda motor yang oke. Motor trail kalau bisa. Penduduk di Labuan Bajo nggak akan kasih kunci mobil ke kalian karena medannya berat. Satu-satunya kendaraan yang akan disewakan untuk ke Wae Rebo adalah motor.
2 Yakin sama kemampuan mengendarai motor, entah kalian sendiri atau partner. Harus bisa kerjasama selama dijalan, ya! Supaya nggak bosan dan nggak ngantuk.
3. Bawa uang cash yang cukup dari Labuan Bajo. Karena setelah keluar dari Labuan Bajo sampai Denge, nggak akan ada lagi ATM. 
4. Bawa baju yang tebal, celana panjang dan minimalisir bawaan. Ingat kalian akan hiking dan udara di atas kalau malam dingin sekali. Kalau buat yang sering naik gunung sih nggak masalah mau bawa seberat apapun :p
5. Bergaulah dengan penduduk lokal dan pengunjung yang lainnya. Jangan sibuk sendiri sama gadget ataupun teman rombongan. Ingat, bertukar cerita itu lebih seru daripada disimpan sendiri :p
6. Bawa colokan T. Disana ada stop kontak, tapi pakainya gantian. Kalau kalian bawa colokan T akan lebih banyak tempat untuk charge, bukan?
7. Pakai sepatu atau sendal yang nyaman untuk hiking.
8. Bawa dan pakai obat nyamuk selama hiking.
9. Jangan turun terlalu siang atau malah sore dari Wae Rebo! Pengalaman saya dan partner kemarin, kami turun dari Wae Rebo ke Denge jam 12:00 dan sampai Denge sekitar jam 14:30 sampai 15:00 WIT. Akibatnya, saya menghabiskan perjalanan dengan gelap-gelapan menembus kabut dan hujan sampai ke Labuan Bajo. Serius itu.... bahaya banget. Kamipun harus extra hati-hati karena lampu motor nggak nembus kabut tebal dan jalanan lumayan licin. Kami sampai di Labuan Bajo pukul 22:30 malam dengan selamat, walau rantai motor berulang kali lepas dijalan dan nggak ada yang nolongin 😂

*Biaya ke Wae Rebo:
Sewa motor: Rp300.000/hari. Kami sewa untuk 2 hari di diskon jadi Rp500.000
Bensin motor: -/+ Rp200.000
Biaya menginap: Rp400.000 x 2 orang jadi Rp800.000
Total: Rp1.500.000

Kalau ada yang butuh info untuk sewa motor yang kami pakai ke Wae Rebo atau mau tanya hal lainnya, bisa hubungi saya di hi.odissey@gmail.com (previously: claudianiendiani@gmail.com) 🙃

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini.
Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia

No comments:

Post a Comment