Monday, April 24, 2017

Sailing Komodo with Indahnesia ⚓️ (part 2)

Adakah yang sudah baca cerita saya part 1 kemarin dan menunggu-nunggu kelanjutannya? He he 😋 *Emang ada part 1 nyaaaa?* Eits, ada, dong. Buat yang sudah baca, post kali ini pastiii akan membuat kalian mupeng untuk pergi ke Flores. Nah, buat yang belum baca part 1 dan mau kepo, silakan baca dulu disini.

Sebagian teman-teman terdekat saya pasti sudah tau saya adalah sunrise dan sunset catcher, terutama kalau lagi bepergian. Berlandaskan hal tersebut *bleh*, kalau lagi liburan saya nggak pernah melewatkan sunrise dan sunset. Mumpung bisa lihat gitu lho, pikir saya. Saat yang lain bangun siang pas liburan, saya pasti bangun paling pagi buat lihat sunrise. Nah, hal itu saya alami juga waktu Sailing Komodo kemarin dengan Indahnesia. Disaat teman-teman lain masih tidur, saya dan partner (yang untungnya sunrise dan sunset catcher juga) sudah naik-naik ke deck kapal buat hunting ☀️

Nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan.
Di hari kedua ini saya dan rombongan pergi ke beberapa destinasi, lebih banyak daripada hari pertama karena memang waktunya kita mulai dari pagi sekali. Setelah beberes diri dan sarapan, saya dan rombongan menyiapkan tenaga (dan battery kamera!) untuk hari yang sangaaat panjang ini. Ada yang bisa tebak kita akan kemana aja? 🤗

1. Pulau Padar
Siapa yang belum tahu Pulau Padar? Pulau yang satu ini hits banget di Instagram. Jujur saja, pertama kali niat ikut Sailing Komodo, saya pingin banget menjejakan kaki di Pulau Padar, karena selain pemandangannya cantik banget, Pulau Padar termasuk salah satu pulau terbesar di kawasan Komodo National Park. Nggak heran kalau Pulau Padar diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

"Tempat Parkir" di Pulau Padar. Bayangin bangun tidur keluar kamar lihat ginian.

Kapal Indahnesia berlabuh di pinggir pantai, "tempat parkir kapal" sekitar pukul 06:30. Waktu yang dibutuhkan buat  naik ke puncak Pulau Padar nggak lama kok, paling hanya sekitar 30 - 60 menit, tergantung kecepatan dan tenaga masing-masing. Oh ya, yang menarik lagi dari Pulau Padar adalah, pengelola sekarang sudah menyediakan beberapa anak tangga kayu yang memudahkan pengunjung untuk naik keatas, jadi nggak perlu lewat batu-batu dan takut kepeleset karena menginjak pasir. He he. Baru di bagian bawah memang, tapi saya juga kurang tahu apakah nantinya akan dibuat anak tangga sampai ke atas, atau hanya sampai di titik tertentu. Buat anak muda mungkin nggak terlalu berasa sih kalau naik, tapi buat pengunjung Pulau Padar yang sudah berumur, saya yakin tangga kayu pasti berguna banget!

Ada yang bilang ini mirip Soimah. I take that as a compliment. Padar Island, 2016.

Tempat saya berdiri ini jadi spot rebutan, soalnya memang darisinilah foto-foto hits Instagram itu tercipta. Oh ya, kalau mau berkunjung kesini, saran saya bawa air mineral yang cukup, sunblock dan sunglasses karena semakin siang, matahari semakin terik. Bener-bener menusuk kulit, terutama kulit wajah. Ha ha. Anyway, selain pemandangan yang ada di foto ini, sebenarnya masih banyak spot-spot cantik yang bisa dipakai untuk lenyeh-lenyeh buat duduk santai. Saya lihat beberapa video dokumentasi atau foto di Instagram banyak juga kok yang duduk-duduk di ilalang sekitar. Tapi ya itu, mungkin lebih cocok kalau datang sore hari kali ya 😆

2. Komodo National Park
Setelah puas foto-foto di Pulau Padar, saya dan rombongan Indahnesia langsung menuju Komodo National Park. Perjalanan dari Pulau Padar kesini lumayan jauh, sekitar 3 jam kalau saya nggak salah. Komodo National Park atau biasa disebut juga Taman Nasional Komodo ini merupakan singgasana Komodo itu sendiri. Yup, di pulau ini, Komodo dibiarkan hidup bebas di habitatnya, bahkan tidak "diberi makan" oleh pengelola tempat atau ranger, jadi mereka benar-benar masih berburu makanannya sendiri disini. Hiii. Serem nggak sih? Ha ha. Saya cukup deg-deg an waktu dengar ini.

Lebih deg-degan foto sama komodo daripada sama gebetan. Beneran.

Taman Nasional Komodo ini luas dan masih alami sekali. Para kodomo eh komodo benar-benar bertebaran disana. Karena warna kulitnya agak nyaru sama warna dedaunan, saya sampai nggak mau diajak bercanda karena takut matanya jadi nggak awas 😂 saya anaknya parnoan banget, emang. Selain itu, Komodo sangat sensitif dengan gerakan, jadi saran dari ranger, jangan bergerak secara tiba-tiba karena bisa mengejutkan komodo. Nanti kalau sudah begitu, dia malah bisa kaget dan menyerang dengan mengerjar kita. Walaupun besar dan terlihat berat, komodo bisa lari dengan kecepatan 20km/jam, lho. 

Daya tarik Taman Nasional Komodo tidak hanya pada komodonya, tetapi juga beberapa spot fotogenik di sekitarnya, salah satunya adalah jembatan ini.

Waktu saya kesana, entah ranger nya bercanda atau enggak, beliau bilang kalau gerak-gerik komodo yang kami datangi memperlihatkan dia sedang mencari mangsa. Ha ha. Biarpun biasanya komodo memangsa rusa yang juga hidup bebas disitu dan hanya makan 1 kali dalam satu bulan, tapi saya kan nggak tau di bulan itu komodonya sudah makan atau belum 😂

3. Pink Beach
Daerah yang juga hits di Instagram adalah Pink Beach! Nggak kalah excited nya kayak waktu ke Pulau Padar, sepanjang perjalanan saya rasanya nggak sabar sekali buat sampai ke tempat ini. Pink dan beach, 2 hal kesukaan saya jadi satu. Hayo, siapa yang suka dua hal ini kayak saya?

Pantai Merah Muda atau biasa disebut Pink Beach.

Ada pengalaman lumayan lucu buat saya disini. Jadi ceritanya, kapal Indahnesia berhenti agak sedikit jauh dari Pink Beach, supaya saya dan rombongan bisa snorkeling di sekitar kapal sampai ke pantai cantik ini. Pemandangan bawah laut Pink Beach baguuus banget. Masih terjaga warna warni terumbu karangnya dan masih banyak ikan. Lebih bagus 10 kali lipat daripada waktu di Pulau Kanawa. Nah, saking bagusnya, saya dan partner terlalu asik snorkeling sampai malah lupa menuju pantai ini. Waktu Tour Leader nya infoin kita cuma punya durasi sekitar 30 menit lagi, saya langsung ajak partner berenang ke pesisir pantai. Begitu sampai, tadaaa..... ternyata diluar ekspektasi saya. Tadinya saya pikir Pink Beach beneran pink seperti di gambar google atau media sosial lainnya, ternyata, hmm. Saya sendiri waktu itu nggak ada foto langsung disini, karena itu tadi, saya dan partner terlalu asyik snorkeling jadi nggak bawa kamera sampai ke pantai. Foto diatas saya pinjam dari sini dan diantara semua foto Pink Beach yang ada di internet, sepertinya hanya foto ini yang beneran seperti aslinya.

FYI, beberapa artikel yang pernah saya baca, di dunia ini ada 7 Pink Beaches dan 2 diantaranya ada di Indonesia, yaitu di Flores dan di Lombok. Keren, ya? Warna-warna pink ini terbentuk dari pecahan-pecahan terumbu karang warna merah muda yang terbawa ombak sampai ke pesisir pantai. Besides, beberapa sumber juga menyebutkan kalau Pink Beach yang saya kunjungi ini berkurang warnanya setiap saat karena banyak orang yang datang mengambil pecahan terumbu karang warna merah muda yang membentuk Pink Beach ini 🙁 Saran saya, kalau teman-teman berkunjung ke Pink Beach, lebih baik difoto saja terumbu karangnya, jangan diambil ya! Coba bayangin setiap orang yang kesana ambil sedikit demi sedikit, lama-lama habis juga kan?

4. Pantai Namo
The real Pink Beach! Sebetulnya saya agak nggak mau kasih tahu tentang ini karena takut jadi banyak yang ke Pantai Namo dan ngambilin karangnya. Ha ha. Negative thinking banget yeee. Tapi beneran, menurut saya pribadi, Pantai Namo lebih pas disebut Pink Beach karena pantainya jauuuh lebih merah muda dibanding Pink Beach yang sebelumnya saya datangi. Lokasi Pantai Namo dan Pink Beach tidak terlalu jauh, namun karena hanya sedikit orang yang tahu keberadaan pantai ini, jadi saat saya dan rombongan Indahnesia kesana, pantai ini seperti pantai milik pribadi 😜

Di Pantai Namo ada babi juga. Bisa dilihat di foto yang sebelah kiri.

Warna pasir disini memang jauh lebih pink dibanding dengan Pink Beach, namun terumbu karang dan ikannya masih lebih bagus di Pink Beach. Pantai Namo sepertinya lebih cocok dipakai sebagai tempat untuk lenyeh-lenyeh dan berfoto dibanding untuk snorkeling. Oh ya, semakin sore, warna pantai disini berubah semakin merah, ah bahagia banget saya rasanya. Satu hal yang saya sesali adalah karena saking bahagia dan terharu nya, saya jadi lupa menuliskan nama saya di pasir merah muda itu. Yasudah nggak papa, nanti bisa di edit pakai sotosop. *menghibur diri*

Sekitar pukul 18:00 WIT, saya dan rombongan kembali berlayar dibawah langit Flores. Hari itu terasa lelah namun menyenangkan sekali. Kami banyak bercerita satu sama lain di deck atas ditemani alunan gitar dan ratusan bintang. Sekitar pukul 21:30 kami berlabuh di Kampung Komodo dan bermalam disana. Sebelum benar-benar istirahat di kapal, saya dan partner berkeliling Desa untuk hunting foto rumah mereka yang unik seperti rumah panggung. Daaan, nggak hanya hunting, kami juga nyasar melewati kuburan tua sampai dikejar babi (kali ini beneran babi!) Ha ha.

Oh ya, beberapa foto ciamik yang ada (dan yang akan ada) di post Sailing Komodo ini didukung oleh tangan handal partner saya. Silakan lihat foto lainnya di Instagramnya atau Instagram saya. Jangan lupa juga untuk nantikan post saya selanjutnya di Sailing Komodo with Indahnesia part 3 ya!

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini. Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia

2 comments: